Sabtu, 23 November 2019

ANTIHISTAMIN, GOLONGAN DAN TURUNANNYA



ANTIHISTAMIN, GOLONGAN DAN TURUNANNYA


DEFINISI ANTIHISTAMIN
Antihistamin merupakan obat yang bekerja mengantagonis aksi dari histamin. Obat antihistamin yang pertama adalah epinefrin , dan antara tahun 1937-1972, beratus-ratus antihistamin ditemukan dan sebagian digunakan dalam terapi, tetapi efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin merupakan jenis obat yang dapat dipakai untuk mengatasi jenis obat yang dapat dipakai untuk mengatasi berbagai macam jenis alergi. Misalnya, alergi pada makanan, serbuk dari serta serangga, alergi kulit, alergi mata dan lainnya. Obat ini bisa mengurangi reaksi yang timbul karena alergi.

MACAM-MACAM ANTIHISTAMIN
1.      Antihistamin (AH1) non sedatif
a.   Terfenidin
Terfenidin diabsorbsi sangat cepat dan mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian. Mempunyai mula kerja yang cepat dan lama kerja yang panjang. Obat ini cepat dimetabolisme dan didistribusi luas ke berbagai jaringan yang ada di tubuh. Terfenidin dieksresikan melalui feses dan urin. Waktu paruh 16-23 jam. Efek maksimum telah terlihat sekitar 3 - 4 jam dan bertahan selama 8 jam setelah pemberian. Dosis 60 mg diberikan 2 kali sehari.
b.   Astemizol
Astemizol dalam pemberian secara oral kadar puncak dalam darah akan dicapai setelah 1 jam dilakukan pemberian. Lama kerja panjang sedangkan mula kerja lambat, waktu parut 18-20 hari. Metabolit eksresi sangat lambat, terdapat dalam feses dan urin dalam waktu 14 hari.
c.   Mequitazin
Mequitazin memiliki absorbsi yang cepat dalam pemberian oral, kadar puncak dapat dicapai setelah 6 jam pemberian. Waktu paruh 18 jam untuk  dosis 5 mg 2 kali sehari atau bisa juga 10 mg 1 kali sehari pada malam hari.
d.   Loratadin
Loratadin memiliki absorbsi yang cepat, kadar puncaknya dapat dicapai setelah 1 jam pemberian obat. Waktu paruh 8-11 jam, mula kerjanya sangat cepat terjadi dan lama kerjanya panjang. Loratadin bersifat aktif secara farmakologi clan juga tidak ada komulasi. Loratadin dibiotransformasi dengan cepat di dalam hati dan di eksresi 40% di dalam urin dan 40% melalui empedu.

 BEBERAPA JENIS ANTIHISTAMIN DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN SASARAN KERJANYA TERHADAP RESEPTOR HISTAMIN.
 a.  Antagonis Reseptor Histamin H1
Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
b.  Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
c.  Antagonis Reseptor Histamin H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
d.  Antagonis Reseptor Histamin H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida.Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.

PENGGOLONGAN OBAT ANTIHISTAMIN MENURUT STRUKTUR KIMIA
1.     Etanolamin
a.      Difendihidramin mempunyai daya anti kolinergis dan sedatif yang kuat juga bersifat spasmolitis, antiemetis dan antivertigo (antipusing).
·       Orfenadrin memiliki daya antikolinergis dan sedatif ringan.
·       Dimenhidrinat digunakan untuk mabuk jalan dan muntah karena hamil
·       Klorfenoksamin sebagai obat tambahan pada terapi penyakit Parkinson
b.      Klemastin memiliki efek antihistamin yang amat kuat mulai bekerjanya cepat (beberapa menit dan berthan lebih dari 10 jam).
2.     Etilendiamin
a.      Antazolin efek antihistamin tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan hidung.
·       Tripelenamin digunakan sebagai krem pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan lain-lain.
·       Mepirin merupakan derivate metoksi dari tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan fenilpropanolamin terhadap hypiper.
·       Klemizol merupakan derivate klor yang hanya digunakan pada salep ataupun suppositoria untuk antiwasir.
3.     Provilamin
a.         Feniramin
Memiliki daya kerja antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
·         Klorfeneramin adalah derivat klor dengan daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat toksisitas yang sama.
·         Deksklorfeneramin adalah bentuk dekltronya 2x lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
·         Tripolidin adalah derivat dengan rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan bertahan lama sampai 24jam (tablet retard).
4.    Piperazin
a.    Siklizin
Mulai kerja cepat dan bertahan 4-6 jam. Digunakan sebagai obat antiemetik dan pencegah mabuk jalan.
·         Homoklorsiklizin adalah derivat klor yang bersifat antiserotonin dan digunakan pada pruritus allerigika (gatal-gatal).
b. Sinarizin
Berkhasiat antipusing dan antiemetis dan sering kali digunakan sebagai obat vertigo, telinga berdesing dan pada mabuk jalan. Mulai kerjanya agak cepat, bertahan selama 6-8 jam dengan efek sedatif ringan.
·         Flunarizin sebagai antagonis –kalsium, sifat vasorelaksasinya kuat. Digunakn terhadap vertigo dan sebagai obat pencegah migrain.
c. Oksatomida
Memiliki daya kerja antihistamin, antiserotonin, antileokotrien. Memiliki efek menstabilisasi mast cells, stimulasi nafsu makan.
d. Hidroksizin
Sebagai sedatif dan anksiolitis, vasmolitis serta antikolinergis. Sangat efektif pada urtikaria dan gatal-gatal.
·         Cetirizin menghambat migrasi dari granulosit euosinofil, yang berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada urticaria dan rinitis atau konjungtivis.
5.     Fenotiazin
a.     Prometazin
Digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
·         Oksomemazin Digunakan untuk obat batuk. Daya kerja dan penggunaan sama seperti prometazin.
b.    Isotifendil
Bekerja lebih singkat dari prometazin dengan efek sedatif yang lebih ringan.
MEKANISME KERJA FENOTIAZIN
Fenotiazin adalah antagonis dopamin dan bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone. Obat ini dipakai untuk profilaksis dan terapi mual dan muntah akibat penyakit neoplasia, pasca radiasi, dan muntah pasca penggunaan obat opioid, anestesia umum, dan sitotoksik. Efek sedasi proklorperazin, ferfenazin, dan trifluoperazin lebih rendah dibanding klorpromazin.
Turunan fenotiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu sistem trisiklik tidak planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkilamino yang terikat pada atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil. Rantai samping tersebut bervariasi dan kebanyakan merupakan salah satu struktur sebagai berikut: propildialkilamino, alkilpiperidil atau alkilpiperazin. Turunan fenotiazin digunakan untuk pengobatan gangguan mental dan emosi yang moderat sampai berat, seperti skizoprenia, paranoia, psikoneurosis (ketegangan dan kecemasan) serta psikosis akut dan kronis. Banyak turunan fenotiazin mempunyai aktivitas antiemetic, simpatolitik, atau antikolinergik. Turunan fenotiazin juga mengadakan potensiasi dengan obat-obatan sedative-hipnotika, analgetika narkotik atau anastesia sistemik.
Penggunaan dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjang menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit serta sensitive terhadap cahaya.

Referensi:
Ganis S.G, Setiabudy R, Suiyatna. F.D. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press.
Tjay T. H dan Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting dan Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Pertanyaan :
1. Apa saja efek samping antagonis histamin H-1?
2. Bagaimana mekanisme antihistamin dalam mengatasi alergi ?
3. Apakah anak usia dibawah 10 tahun dapat menggunakan obat fenotiazin ?
4. Mengapa golongan fenotiazin memiliki efek sedasi ?  


23 komentar:

  1. membantu sekali tulisannya ,terima kasih.

    BalasHapus
  2. Terimakasih artikel nya sangat bermanfaat

    BalasHapus
  3. Hy mbk saya akan mencoba jawab Pertanyaan no.1
    Antagonis H1
    Efek samping antagonis H1 generasi I yang paling sering terjadi adalah sedasi. Selain itu, gejala SSP lain dapat terjadi, seperti pusing, tinitus, lesu, insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang biasanya terjadi berupa gangguan saluran cerna, seperti hilangnya nafsu makan, mual, muntah, nyeri epigastrum, bahkan diare. Efek samping akibat efek muskarinik ini tidak terjadi pada antagonis H1 generasi II. Meskipun jarang, efek samping pada antagonis H1 generasi II dapat berupa torsades de pointes, yaitu terjadi perpanjangan interval QT. Hal ini biasanya terjadi karena gangguan obat, terutama terfenadin dan astemizol, dalam dosis takar lajak, adanya gangguan hepatik yang mengganggu sistem sitokrom P450, atau adanya interaksi dengan obat lain. Perpanjangan QT interval diduga terjadi karena obat-obat tersebut menghambat saluran K+. Selain itu, juga dapat terjadi dermatitis alergik karena penggunaan topikal. Pada keracunan akut antagonis H1 , dapat terjadi suatu sindrom beruapa adanya halusinogen, ataksia, tidak adanya koordinasi otot, dan kejang.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah membantu menjawab pertanyaan . Jawabannya sangat membantu 😊

      Hapus
  4. Terimakasih indah untuk artikelnya, sangat membantu saya sekali :)

    BalasHapus
  5. Indah Kk mau nnya apakah obat antihistamine bisa dignakan bersamaan dengan obat yang lain?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kk atas pertanyaannya, obat antihistamin bisa di gunakan dengan obat lain, tujuan penggunaan dengan obat lain yaitu untuk menurunkan efek samping dari salah satu obat tersebut tetapi tidak mengurangi efek farmakologi dari obat.

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Hello kak indah
    Duisini saya ingin mencoba membantu menjawab masalah dari materi yang kakak ajukan

    Langsung saja, bahwa mekanisme kerja alergi yaitu antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah membantu menjawab pertanyaan . Jawabannya sangat membantu

      Hapus
  8. Terimakaih atas penjelasannya, baik saya akan membantu jawab pertanyaan no 2, Mekanisme kerja obat antihistamindalam menghilangkan gejala-gejala alergiberlangsung melalui kompetisi dengan menghambathistamin berikatan dengan reseptor H1 atau H2
    diorgan sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akanmemunculkan lebih banyak reseptor H1.Reseptoryang baru tersebut akan diisi oleh antihistamin.Peristiwa molekular ini akan mencegah untuk sementara timbulnya reaksi alergi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah membantu menjawab pertanyaan . Jawabannya sangat membantu

      Hapus
  9. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 4
    mekanisme kerja alergi yaitu antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kk atas bantuannya, tetapi ini jawaban untuk pertanyaan nomor 2, bukan jawaban nomor 4 😊

      Hapus
  10. menurut pendapat saya salah satu efek samping pada Antagonis Histamin (AH 1) yaitu Alergi, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.

    BalasHapus
  11. Halo kak indah , terimakasih atas materinya. Menurut saya efek samping yang umum terjadi pada AH1 terutama generasi pertama adalah mengantuk

    BalasHapus
  12. Haii kak :) saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. Menurut saya, boleh saja anak dibawah 10 tahun mengkonsumsi fenotiazin namun dosis nya harus lebih kecil dibandingkan dengan dosis orang dewasa atau dosis umum, di sesuaikan dgn dosis yang telah di resepkan dokter.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kk :). Apakah ada efek samping jika fenotiazin diberikan pada anak dibawah 10 tahun walaupun dengan pemberian dosis kecil?

      Hapus
  13. Terimakasih atas informasinyaa, sangat bermanfaat sekali 👍

    BalasHapus
  14. Menurut saya, jika anak 10 tahun tersebut mengkonsumsinya sesuai dosis tidak akan memberikan dampak apapun. Tetapi sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter jika takut memberikan dampak yang tidak diinginkan

    BalasHapus
  15. Terimakasih, artikelnya sangat bermanfaat:)

    BalasHapus