HEMATOLOGI
Hematologi adalah cabang
ilmu yang mempelajari darah, organ pembetuk darah dan jaringn limforetikuler
serta kelainan-kelainan yang timbul darinya. Hematologi mempelajari baik
keadaan fisik maupun patologik organ-organ
sehingga hematologi meliputi bidang ilmu kedokteran dasar maupun bidang
kedokteran klinik.
Komponen penting dalam
penilaian kondisi fisiologis tubuh . Darah terdiri dari plasma dan sel darah.
Sel darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit. Komponen darah tersebut
dapat diamati setelah dilakukan sentrifugasi sehingga membentuk beberapa
lapisan (Gambar 1). Plasma darah merupakan carian penyusun darah yang
mengandung sejumlah protein yang berperan sangat penting untuk menghasilkan
osmotik plasma. Darah berfungsi untuk mengedarkan substansi yang masuk ke dalam
tubuh maupun yang dihasilkan tubuh dari proses-proses metabolisme, sebagai
pertahanan terhadap antigen, dan mengatur stabilitas suhu tubuh (Sumardjo,
2008).
Gambar 1. Sampel darah
setelah disentrifugasi (Sumber: Isnaeni, 2006).
Keterangan: Volume darah yang ditempati eritrosit disebut
hematokrit.
Terdapat
dua komponen dalam profil darah yaitu profil hematologi dan profil kimia darah.
Hematologi lengkap (complete blood count) merupakan dasar untuk pengujian praklinis dan klinis serta menjadi persyaratan dasar
dalam penilaian praklinis obat-obatan
dan toksisitas (Harrison dkk., 1978).
Profil hematologi meliputi profil eritrosit (jumlah eritrosit, kadar
hemoglobin, dan persentase hematokrit), profil leukosit (jumlah total leukosit, jumlah
neutrofil, jumlah
limfosit, dan mixed (gabungan jumlah monosit, eosinofil,
dan basofil), dan profil trombosit (jumlah trombosit).
·
Plasma Darah
Plasma darah termasuk
dalam cairan ekstra seluler, dengan volumenya kira-kira 5 % dari berat badan. Susunan
plasma terdiri dari 91,0% air, 8,0 % protein (albumin, globulin protombin dan
fibrinogen) mineral 0,9 % (kalsium, fosfor, magnesium, besi dan lainnya) dan
0,1% diisi oleh sejumlah bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolesterol dan asam amino. Plasma darah juga berisi hormon-hormon
enzim dan antibody (pearce, 2009).
Protein dalam plasma darah terditi atas :
a.
Antihemofilik, berguna mencegah anemia.
b.
Tromboplastin, berguna dalam proses pembekuan darah.
c.
Protombin, mempunyai peranan penting dalam pembekuan
darah.
d.
Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
e.
Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
f.
Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah.
g.
Gammaglobulin, berguna dalam senyawa antibodi yaitu mengangkut
metabolisme dari jaringan ke alat-alat pengeluaran, mengangkut energi panas
dari tempat aktif ketempat yang tidak aktif untuk menjaga suhu tubuh,mengedarkan air, hormon dan enzim ke seluruh tubuh, melawan infeksi
dengan antibodi dan leukosit
·
Korpuskili (sel darah)
Korpuskili adalah butiran-butiran darah yang di dalamnya terdiri
atas:
a.
Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
b.
Sel darah putih atau leokosit (0,2%).
c. Keping-keping darah atau
trombosit (0,6-1,0%)
·
Eritrosit
Eritrosit atau Sel darah
merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus mengangkut oksigen ke jaringan-jringan
tubuh dan membantu pembuangan karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh
metabolisme jaringan tubuh. Masa hidup eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk
di jaringan hematopoietic (Kiswari, 2014).
Eritrosit berbentuk bikonkaf. Bentuk bikonkaf tersebut menyebabkan
eritrosit bersifat fleksibel sehingga
dapat melewati lumen pembuluh darah yang sangat kecil dengan lebih
baik. Melalui mikroskop, eritrosit tampak bulat, berwarna merah, dan di bagian
tengahnya tampak lebihi pucat, disebut dengan central
pallor yang diameternya kira-kira sepertiga dari keseluruhan diameter eritrosit.
Eritrosit tidak memiliki inti sel, tetapi mengandung beberapa organel
dalam sitoplasmanya. Sebagian besar sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin yang
mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat oksigen.
·
Kelainan Eritrosit
1.
Kelainan jumlah
Kelainan jumlah eritrosit
berkaitan dengan kelainan hematologi anemia
dan polisetemia. Dimana penentuan dari kelainan ini ditunjang
oleh kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Apabila terjadi penurunan dibawah normal
kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit maka keadaan ini disebut
anemia. Sebaliknya jika terjadi peningkatan kadar hemoglobin diatas normal,
hitung eritrosit dan hematoksit danmaka keadaan ini disebut polisetemia.
2.
Kelainan morfologi
Kelainan morfologi terdiri dari variasi ukuran,
didistribusi hemoglobin , variasi bentuk, badan inklusi dan distribusi eritrosit. Informasi
diagnostik dari kelainan morfologi ini dapat dilihat dan diketahui
melalui pemeriksaan eritrosit pada sediaan asupan darah tepi yang diwarnai dengan
pewarnaan wright-giemsa.
·
Leukosit
Beberapa jenis leukosit atau sel
darah putih terdapat dalam darah. Leukosit pada umumnya dibagi menjadi
granulosit, yang mempunyai granula khas, dan agranulosit yang tidak
mempunyai granula khas. Granulosit terdiri
dari neutrofil, eusinofil, dan basofil. Agranulosit terdiri dari
limfosit dan monosit. Meskipun leukosit merupakan sel darah, tetapi fungsinya lebih
banyak dilakukan di dalam jaringan.
Sel darah putih berfungsi untuk perlindungan atau sebagai pertahanan tubuh
melawan
infeksi serta membunuh sel yang bermutasi. Sel darah
putih berinti, bergranul dan bergerak aktif. Dalam keadaan normal, disekitarnya tidak
tidak terdapat parasit, bakteri, bekuan darah, ataupun massa
lainnya. Ada 5 jenis sel darah putih yang telah diidentifikasi dalam
perifer, yaitu netrofil,
eosinofil, basofil, monosit dan limfosit. Perubahan sel
darah putih sering berikatan dengan kelainan-kelainan preleukemia pada kelainan
mieloproliferatif kronis, pada berbagai kanker termasuk. Adapu jenis-jenis sel
darah putih antara lain:
1. Basofil
Basofil mengandung granula kasar berwarna ungu atau biru tua
dan seringkali menutupi inti sel. Inti sel basofil bersegmen.osinofil
tetapi memiliki granula yang besar. Berjumlah 0,5-1 % daro total lukosit. Mengandung
berbagai enzim, platelet/ trombosit, heparin tidak diketahui dengan pasti
heparin dan faktor-faktor pengaktifan histamine berfungsi untuk menimbulkan
peradangan pada jaringan.
2. Eosinofil
Eosinofil mengandung
granula kasar yang berwarna merah orange (eosinofilik) yang tampak pada apusan darah tepi.
Intinya bersegmen (pada umumnya dua lobus). Fungsi eosinofil juga sebagai
fagositosis dan menghasilkan antibody terutama terhadap antigen yang
dikeluarkan oleh parasit. Jumlah eosinofil normal adalah 21-2%, dan akan
mengikat bila terjadi reaksi alergi atau infeksi parasit. Eosinofi
bertambah pada serangan asma, reaksi obat-obatan, investasi parasit,
serta keadaan alergi (termasuk alergi makanan dan minuman).
3. Neutrofil
Berperan dalam respon
imun bawaan, neutrofil memiliki masa hidup singkat yaitu sekitar 10 jam dalam
sirkulasi. Granula pada neutrofil tidak berwarna, mempunyai inti sel yang
terangkai (kadang terpisah) dan banyak terdapat granul pada protoplasmanya
(Handayani dan Haribowo, 2018).
Adanya peningkatan
neutrofil dapat terjadi karena terjadinya stress akut. Adanya
sel yang dirusak mikroba akan mengeluarkan sinyal kimiawi untuk
memanggil neutrofil dari darah datang, memasuki jaringan yang terinfeksi dan
menelan serta merusak mikrobia dalam sel tersebut.
Ketika terdapat antigen maka neutrofil
merupakan fagosit yang pertama datang, diikuti
monosit yang berkembang menjadi makrofag besar dan aktif. Makrofag
akan memfagositosis antigen dan produknya serta membersihkan sel-sel jaringan
yang rusak dan sisa neutrofil yang dirusak dalam proses fagositosis tersebut.
4. Limfosit
Limfosit Adalah jenis leikosit yang jumlahnya kedua paling banyak
setelah neutrofil (20-40%). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif
banyak dibandingkan jumlahnya pada orang dewasa, dan jumlah limfosit
ini meningkat bila terjadi infeksi
virus.limfosit adalah mononuklear dalam darah perifer,
berinti bulat atau oval,dikelilingi tepian sitoplasma
sempit berwarna biru, dan mengandung granula.berasal
dari sel induk
pluripotensial di dalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan
limfoid ( kelenjar timus, limpa, kelenjar limfatik, permukaan mukosa
resppiratorius dan permukaan mukosa traktus gastrointestinal ).
5.
Monosit
Jumlah monosit kira-kira 5-7% dari total jumlah leukosit.Monosit
adalah jenis leukosit yang paling besar. Inti selnya mempunyai granula kromatin
halus yang menekuk berbentuk menyerupai ginjal/ biji kacang. Monosit mempunyai
dua fungsi, yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri) dan
benda asing lainnya, serta berperan dalam reaksi imun. Monosit dapat bertahan selama
beberapa minggu hingga beberapa bulan, dengan sifatnya yang fagosit,
menyingkirkan zat-zat kontaminan, sel-sel yang cedera dan mati, puing-puing/fragmen
sel (celuller debris) dan mikroorganisme patogenik.
·
Trombosit
Trombosit merupakan komponen sel darah yang tidak memiliki
nucleus ( Gibson, 2003). Trombosit dihasilkan oleh megakariosit dalam sum-sum
tulang, memiliki bentuk cakram bikonveks apabila dalam keadaan tidak aktif.
Trombosit pada manusia berdiameter 2-4 µm dan memiliki volume
7-8 fL. Trombosit memiliki selubung eksternal yang banyak mengandung
glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor. Ketika trombosit berada dalam
keadaan tidak aktif maka tidak teragregasi. Hal ini dikarenakan glikoprotein
pada selubung eksternal trombosit mengandung molekul sialic acid sehingga
selubung eksternal tersebut memiliki muatan
negative yang menyebabkan adanya reaksi tolak-menolak. Trombosit berfungsi
dalam hemostasis yang berhubungan dengan koagulasi darah sebagai fungsi utama
trombosit. Fungsi koagulasi tersebut bermula dari
melekatnya trombosit ke kolagen yang terpapar dalam dinding pembuluh darah yang
rusak. Trombosit selanjutnya melepas ADP (Adenosin Dipospat)
sehingga sejumlah besar trombosit bersatu, kemudian melepaskan lipida yang
diperlukan untuk pembentukan bekuan.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para
Medis, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Restuti, A.N.S dan A. L. Suryana. 2018. Asupan Protein Dan
Parameter Hematologi Pada Perokok. Jurnal Vokasi Kesehatan. 4(2)
: 77-90.
Wahdaniah dan S. Tumpuk. 2018. Perbedaan Penggunaan
Antikoagulan K2EDTA Dan K3EDTA Terhadap Hasil Pemeriksaan Indeks
Eritrosit. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. 2(2) :
114-118.
Permasalahan :
1.
Bagaimana perbedaan kadar hemoglobin antara pasien perokok dan
non perokok ?
2. Mengapa remaja putri memiliki resiko sepuluh kali lebih besar
menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra ?
3. Manakah yang lebih berbahaya antara perokok pasif dan perokok
aktif ? lalu bagaimana efeknya terhadap trombosit darah ?