Sabtu, 30 November 2019

HEMATOLOGI


HEMATOLOGI
Hematologi adalah cabang ilmu yang mempelajari darah, organ pembetuk darah dan jaringn limforetikuler serta kelainan-kelainan yang timbul darinya. Hematologi mempelajari baik keadaan fisik maupun patologik  organ-organ sehingga hematologi meliputi bidang ilmu kedokteran dasar maupun bidang kedokteran klinik.
Komponen penting dalam penilaian kondisi fisiologis tubuh . Darah terdiri dari plasma dan sel darah. Sel darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit. Komponen darah tersebut dapat diamati setelah dilakukan sentrifugasi sehingga membentuk beberapa lapisan (Gambar 1). Plasma darah merupakan carian penyusun darah yang mengandung sejumlah protein yang berperan sangat penting untuk menghasilkan osmotik plasma. Darah berfungsi untuk mengedarkan substansi yang masuk ke dalam tubuh maupun yang dihasilkan tubuh dari proses-proses metabolisme, sebagai pertahanan terhadap antigen, dan mengatur stabilitas suhu tubuh (Sumardjo, 2008).

                                    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRq8y3TyGin5f9ERcYLTr0fuY87vKGTPBrxEQfNKCwTSK-HlJK8qN2IJHAaBtsyIb-1CEELCckGcI-_O0LsT2TF9PzRx8B-JATMMMYq1xHqrrXp-lma-FVQnzEarzx_76VK2u2taVZEime/s320/Difference-between-Serum-and-Plasma-1.jpg
Gambar 1. Sampel darah setelah disentrifugasi (Sumber: Isnaeni, 2006).
Keterangan: Volume darah yang ditempati eritrosit disebut hematokrit.
Terdapat dua komponen dalam profil darah yaitu profil hematologi dan profil kimia darah. Hematologi lengkap (complete blood count) merupakan dasar  untuk  pengujian  praklinis  dan  klinis  serta  menjadi  persyaratan  dasar dalam  penilaian praklinis  obat-obatan dan  toksisitas  (Harrison  dkk.,  1978). Profil hematologi meliputi profil eritrosit (jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan  persentase  hematokrit),  profil  leukosit  (jumlah  total  leukosit,  jumlah neutrofil,  jumlah limfosit,  dan  mixed  (gabungan  jumlah  monosit,  eosinofil, dan basofil), dan profil trombosit (jumlah trombosit).
·          Plasma Darah
Plasma darah termasuk dalam cairan ekstra seluler, dengan volumenya kira-kira 5 % dari berat badan. Susunan plasma terdiri dari 91,0% air, 8,0 % protein (albumin, globulin protombin dan fibrinogen) mineral 0,9 % (kalsium, fosfor, magnesium, besi dan lainnya) dan 0,1% diisi oleh sejumlah bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino. Plasma darah juga berisi hormon-hormon enzim dan antibody (pearce, 2009).
Protein dalam plasma darah terditi atas :
a.      Antihemofilik, berguna mencegah anemia.
b.     Tromboplastin, berguna dalam proses pembekuan darah.
c.       Protombin, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
d.     Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
e.      Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
f.      Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah.
g.      Gammaglobulin,   berguna   dalam   senyawa   antibodi   yaitu   mengangkut metabolisme dari jaringan ke alat-alat pengeluaran, mengangkut energi panas dari  tempat  aktif  ketempat  yang  tidak  aktif  untuk  menjaga  suhu  tubuh,mengedarkan  air,  hormon  dan  enzim  ke  seluruh  tubuh,  melawan  infeksi dengan antibodi dan leukosit
·          Korpuskili (sel darah)
Korpuskili adalah butiran-butiran darah yang di dalamnya terdiri atas:
a.    Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
b.    Sel darah putih atau leokosit (0,2%).
c.    Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0%)
·          Eritrosit
Eritrosit atau Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus mengangkut  oksigen  ke  jaringan-jringan tubuh dan membantu pembuangan karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan tubuh. Masa hidup eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk di jaringan hematopoietic (Kiswari, 2014).
Eritrosit berbentuk bikonkaf. Bentuk  bikonkaf  tersebut  menyebabkan eritrosit  bersifat  fleksibel sehingga dapat  melewati lumen pembuluh darah yang sangat kecil dengan lebih baik. Melalui mikroskop, eritrosit tampak bulat, berwarna merah, dan di bagian tengahnya tampak  lebihi pucat, disebut  dengan central pallor yang diameternya kira-kira sepertiga dari keseluruhan diameter eritrosit. Eritrosit  tidak  memiliki  inti  sel,  tetapi  mengandung  beberapa  organel dalam sitoplasmanya. Sebagian besar sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat oksigen.
·          Kelainan Eritrosit
1.      Kelainan jumlah
Kelainan jumlah eritrosit berkaitan dengan kelainan hematologi anemia dan  polisetemia.  Dimana  penentuan  dari  kelainan  ini  ditunjang oleh kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Apabila  terjadi  penurunan  dibawah  normal kadar  hemoglobin,  hitung  eritrosit  dan  hematokrit  maka  keadaan  ini  disebut anemia. Sebaliknya jika terjadi peningkatan kadar hemoglobin diatas normal, hitung eritrosit dan hematoksit danmaka keadaan ini disebut polisetemia.
2.     Kelainan morfologi
Kelainan morfologi terdiri  dari      variasi  ukuran, didistribusi hemoglobin , variasi bentuk, badan inklusi dan  distribusi  eritrosit.  Informasi diagnostik  dari  kelainan  morfologi  ini  dapat  dilihat  dan  diketahui melalui pemeriksaan eritrosit pada sediaan asupan darah tepi yang diwarnai dengan pewarnaan wright-giemsa.
·          Leukosit
Beberapa  jenis  leukosit  atau  sel darah putih terdapat dalam darah. Leukosit pada umumnya dibagi menjadi granulosit, yang mempunyai  granula khas, dan agranulosit yang tidak mempunyai granula khas. Granulosit terdiri dari  neutrofil,  eusinofil,  dan  basofil.  Agranulosit  terdiri  dari limfosit dan monosit. Meskipun leukosit merupakan sel darah, tetapi fungsinya  lebih banyak  dilakukan  di  dalam  jaringan. Sel darah putih berfungsi untuk perlindungan atau sebagai pertahanan tubuh melawan infeksi   serta   membunuh   sel   yang   bermutasi.   Sel  darah putih berinti, bergranul dan bergerak aktif. Dalam  keadaan  normal,  disekitarnya  tidak tidak terdapat parasit, bakteri, bekuan darah, ataupun massa lainnya.  Ada 5 jenis sel darah putih yang telah diidentifikasi dalam perifer,  yaitu  netrofil, eosinofil,  basofil,  monosit  dan  limfosit.  Perubahan  sel darah putih sering berikatan dengan kelainan-kelainan preleukemia pada kelainan mieloproliferatif kronis, pada berbagai kanker termasuk. Adapu jenis-jenis sel darah putih antara lain:

1.      Basofil
Basofil mengandung granula kasar berwarna ungu atau biru tua dan  seringkali  menutupi  inti  sel.  Inti  sel  basofil  bersegmen.osinofil tetapi memiliki granula yang besar. Berjumlah 0,5-1 % daro total lukosit. Mengandung berbagai enzim, platelet/ trombosit, heparin tidak diketahui dengan pasti heparin dan faktor-faktor pengaktifan histamine berfungsi untuk menimbulkan peradangan pada jaringan.
2.     Eosinofil
Eosinofil mengandung granula kasar yang berwarna merah orange  (eosinofilik)  yang   tampak  pada  apusan  darah  tepi. Intinya bersegmen (pada umumnya dua lobus). Fungsi eosinofil juga sebagai fagositosis dan menghasilkan antibody terutama terhadap antigen yang dikeluarkan oleh parasit. Jumlah eosinofil normal adalah 21-2%, dan akan mengikat   bila   terjadi   reaksi   alergi   atau   infeksi   parasit.   Eosinofi bertambah  pada  serangan  asma,  reaksi  obat-obatan,  investasi  parasit, serta keadaan alergi (termasuk alergi makanan dan minuman).
3.     Neutrofil
Berperan dalam respon imun bawaan, neutrofil memiliki masa hidup singkat yaitu sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Granula pada neutrofil tidak berwarna, mempunyai inti sel yang terangkai (kadang terpisah) dan banyak terdapat granul pada protoplasmanya (Handayani dan Haribowo, 2018).
Adanya peningkatan neutrofil dapat terjadi karena terjadinya stress akut. Adanya sel  yang dirusak mikroba akan mengeluarkan sinyal kimiawi untuk memanggil neutrofil dari darah datang, memasuki jaringan yang terinfeksi dan menelan serta merusak mikrobia   dalam   sel   tersebut. Ketika terdapat antigen maka neutrofil merupakan  fagosit  yang pertama datang, diikuti monosit  yang berkembang menjadi makrofag besar dan aktif. Makrofag akan memfagositosis antigen dan produknya serta membersihkan sel-sel jaringan yang rusak dan sisa neutrofil yang dirusak dalam proses fagositosis tersebut. 
4.     Limfosit 
Limfosit Adalah  jenis  leikosit  yang  jumlahnya  kedua  paling  banyak setelah  neutrofil  (20-40%). Jumlah  limfosit   pada  anak-anak  relatif banyak dibandingkan jumlahnya pada orang dewasa, dan jumlah limfosit ini  meningkat  bila  terjadi  infeksi virus.limfosit  adalah  mononuklear dalam darah perifer, berinti bulat atau oval,dikelilingi tepian sitoplasma sempit  berwarna  biru,  dan  mengandung  granula.berasal dari sel induk pluripotensial  di  dalam  sumsum  tulang  dan  bermigrasi  ke  jaringan limfoid (  kelenjar  timus,  limpa,  kelenjar  limfatik,  permukaan  mukosa resppiratorius dan permukaan mukosa traktus gastrointestinal ).
5.     Monosit
Jumlah  monosit  kira-kira  5-7%  dari  total  jumlah  leukosit.Monosit adalah jenis leukosit yang paling besar. Inti selnya mempunyai granula kromatin halus yang menekuk berbentuk menyerupai ginjal/ biji kacang. Monosit mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri) dan benda asing lainnya, serta berperan dalam reaksi imun.  Monosit  dapat  bertahan  selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, dengan sifatnya yang fagosit, menyingkirkan zat-zat kontaminan, sel-sel yang cedera dan mati, puing-puing/fragmen sel (celuller debris) dan mikroorganisme patogenik.
·          Trombosit
Trombosit  merupakan  komponen  sel  darah   yang  tidak  memiliki nucleus ( Gibson, 2003). Trombosit dihasilkan oleh megakariosit dalam sum-sum tulang, memiliki bentuk cakram bikonveks apabila dalam keadaan tidak aktif. Trombosit pada manusia berdiameter 2-4 µm dan memiliki volume 7-8  fL. Trombosit  memiliki  selubung  eksternal  yang  banyak  mengandung glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor. Ketika trombosit berada dalam keadaan tidak aktif maka tidak teragregasi. Hal ini dikarenakan glikoprotein pada selubung eksternal trombosit mengandung molekul sialic acid sehingga selubung  eksternal  tersebut  memiliki  muatan negative yang menyebabkan adanya reaksi tolak-menolak. Trombosit         berfungsi dalam hemostasis yang berhubungan dengan koagulasi darah sebagai fungsi utama trombosit.   Fungsi   koagulasi   tersebut   bermula   dari melekatnya trombosit ke kolagen yang terpapar dalam dinding pembuluh darah yang rusak. Trombosit  selanjutnya  melepas  ADP  (Adenosin  Dipospat) sehingga  sejumlah besar trombosit bersatu,   kemudian   melepaskan   lipida   yang diperlukan untuk pembentukan bekuan.





DAFTAR PUSTAKA

Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Restuti, A.N.S dan A. L. Suryana. 2018. Asupan Protein Dan Parameter Hematologi Pada Perokok. Jurnal Vokasi Kesehatan. 4(2) : 77-90.
 Wahdaniah dan S. Tumpuk. 2018. Perbedaan Penggunaan Antikoagulan K2EDTA Dan K3EDTA Terhadap Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. 2(2) : 114-118.

Permasalahan :
1.      Bagaimana perbedaan kadar hemoglobin antara pasien perokok dan non perokok ?
2.  Mengapa remaja putri memiliki resiko sepuluh kali lebih besar menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra ?
3.  Manakah yang lebih berbahaya antara perokok pasif dan perokok aktif ? lalu bagaimana efeknya terhadap trombosit darah ?


ANALGETIK


ANALGETIK

A.     DEFINISI ANALGETIK
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri.  Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek antipiretik.
B.       MACAM-MACAM OBAT ANALGETIK
Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain berdasarkan struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri yang dapat dihilangkan.
1.      Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika
Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan.
Semua anlagetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan.
Morfin dan petidinn merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupaan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia :
·           Morfin HCl
·           Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol)
·            Fentanil HCl
·           Petidin
·           Tramadol
2.     Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik :
a.       Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.
b.      Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c.       Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.  
C.      CARA KERJA OBAT ANALGETIK
1.      Mekanisme kerja Analgetik Opioid
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya.
Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.
2.      Mekanisme Kerja Obat Analgetik Non-Nakotik
Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).



DAFTAR PUSTAKA

Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI.  Jakarta



1. Bagaimana penggunaan obat analgetik (Paracetamol), apakah baik digunakan dalam jangka panjang?
2. Bagaimana pengaruh obat morfin terhadap kerjanya sebagai analgetik jika gugus alkohol dihilankan?